BERBICARA
tentang batik Lasem, tak lengkap rasanya jika tak menyebut nama Naomi
Susilowati Setiono. Wanita keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di kota kecil
Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, ini adalah salah seorang yang berhasil
menghidupkan kembali gairah industri batik Lasem, setelah bertahun-tahun mati
suri.
Semasa hidupnya, Naomi adalah seorang pekerja keras. Bahkan,
demi menyambung hidup, ia pernah melalui masa mudanya sebagai pekerja kasar
seperti tukang cuci, bahkan pernah menjadi kernet bus antar-kota. Roda
kehidupan kemudian membawa lulusan Sekolah Menengah Apoteker Theresiana,
Semarang, ini kembali ke tanah kelahirannya Lasem, dan bekerja sebagai buruh
perajin batik. Sedikit demi sedikit ia pelajari cara pembuatan batik Lasem,
mulai dari memegang canting, melapisi kain dengan malam, memberi pewarnaan,
hingga akhirnya ia belajar mendesain motif batik.
Merasa sudah punya bekal kemampuan, tahun 1990 Naomi
menghidupkan kembali pabrik batik milik orang tuanya yang telah lama terbengkalai.
Ia kumpulkan kembali para perajin andal yang dulu pernah bekerja pada
keluarganya. Ia gunakan pendekatan kekeluargaan dalam membangun hubungan
pekerja-pengusaha.
Setahap demi setahap, Naomi mulai membangun kembali produksi
batik Lasem. Ia buat motif-motif baru sesuai selera pasar. Ia ciptakan
batik-batik bermotif akulturasi China-Jawa. Di antaranya, ia manfaatkan fauna-fauna
yang identik dengan budaya oriental seperti burung Hong (Phoenix), Naga, Kura-kura, ikan Emas, Ayam Jantan, Ular dan mengawinkannya
dengan budaya Jawa seperti Sekar Jagad, Parang, Kawung dan Latohan.
Setelah berproduksi, Naomi bekerja keras membangun pasar hingga
akhirnya menembus Jakarta. Dengan mengusung bendera “Batik Tulis Tradisional
Laseman Maranatha”, usaha batik Naomi
terus berkibar. Jumlah pekerjanya terus bertambah. Produksi batiknya pun
melebar ke pasar Bandung, Surabaya, dan Medan. Keberhasilan Naomi memicu gairah
batik Lasem yang telah lama hidup segan mati tak mau.
Kecintaan Naomi pada batik Lasem dan keseriusannya memajukan
industri batik dari tanah kelahirannya juga diwujudkan dengan mengembangkan
program pengaderan. Mulai dari ibu-ibu muda hingga pelajar SD diajari membatik
secara gratis. Termasuk Rifai, mantan Kepala Desa yang kini menjadi salah
seorang “juragan” batik Lasem.
Boleh jadi karena itu, sejumlah pengusaha batik Lasem mendaulat
Naomi sebagai Ketua Perhimpunan Industri Batik Laseman (Kluster Batik Lasem). Naomi
sendiri wafat tahun 2010. Jasa dan pengabdiannya pada perkembangan batik di Tanah
Air, khususnya Lasem, terus dikenang. *** (Sumber: dari berbagai sumber).