Selasa, 30 Agustus 2016

Naomi Susilowati: Maestro Batik Lasem


BERBICARA tentang batik Lasem, tak lengkap rasanya jika tak menyebut nama Naomi Susilowati Setiono. Wanita keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di kota kecil Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, ini adalah salah seorang yang berhasil menghidupkan kembali gairah industri batik Lasem, setelah bertahun-tahun mati suri.

Semasa hidupnya, Naomi adalah seorang pekerja keras. Bahkan, demi menyambung hidup, ia pernah melalui masa mudanya sebagai pekerja kasar seperti tukang cuci, bahkan pernah menjadi kernet bus antar-kota. Roda kehidupan kemudian membawa lulusan Sekolah Menengah Apoteker Theresiana, Semarang, ini kembali ke tanah kelahirannya Lasem, dan bekerja sebagai buruh perajin batik. Sedikit demi sedikit ia pelajari cara pembuatan batik Lasem, mulai dari memegang canting, melapisi kain dengan malam, memberi pewarnaan, hingga akhirnya ia belajar mendesain motif batik.

Merasa sudah punya bekal kemampuan, tahun 1990 Naomi menghidupkan kembali pabrik batik milik orang tuanya yang telah lama terbengkalai. Ia kumpulkan kembali para perajin andal yang dulu pernah bekerja pada keluarganya. Ia gunakan pendekatan kekeluargaan dalam membangun hubungan pekerja-pengusaha.

Setahap demi setahap, Naomi mulai membangun kembali produksi batik Lasem. Ia buat motif-motif baru sesuai selera pasar. Ia ciptakan batik-batik bermotif akulturasi China-Jawa. Di antaranya, ia manfaatkan fauna-fauna yang identik dengan budaya oriental seperti burung Hong (Phoenix), Naga, Kura-kura, ikan Emas, Ayam Jantan, Ular dan mengawinkannya dengan budaya Jawa seperti Sekar Jagad, Parang, Kawung dan Latohan.

Setelah berproduksi, Naomi bekerja keras membangun pasar hingga akhirnya menembus Jakarta. Dengan mengusung bendera “Batik Tulis Tradisional Laseman Maranatha”, usaha batik Naomi terus berkibar. Jumlah pekerjanya terus bertambah. Produksi batiknya pun melebar ke pasar Bandung, Surabaya, dan Medan. Keberhasilan Naomi memicu gairah batik Lasem yang telah lama hidup segan mati tak mau.

Kecintaan Naomi pada batik Lasem dan keseriusannya memajukan industri batik dari tanah kelahirannya juga diwujudkan dengan mengembangkan program pengaderan. Mulai dari ibu-ibu muda hingga pelajar SD diajari membatik secara gratis. Termasuk Rifai, mantan Kepala Desa yang kini menjadi salah seorang “juragan” batik Lasem.

Boleh jadi karena itu, sejumlah pengusaha batik Lasem mendaulat Naomi sebagai Ketua Perhimpunan Industri Batik Laseman (Kluster Batik Lasem). Naomi sendiri wafat tahun 2010. Jasa dan pengabdiannya pada perkembangan batik di Tanah Air, khususnya Lasem, terus dikenang. *** (Sumber: dari berbagai sumber).